Selasa, Juni 28, 2005

Makhluk Aneh

27.06.05 ; 22:01
Aku adalah sebuah sosok. Sosok seperti apa aku, akupun tak tau. Karena akupun masih tak mengerti siapa aku. Seperti apa aku? Tak usah kau pertanyakan bagaimana bentukku. Mungkin aku sama seperti kalian, pikirmu. Tapi, menurutku aku beda, aku aneh. Maka mungkin kau akan menjauhiku jika kita bertemu. Aku ini hidup sendiri. Bukannya sendirian, tapi seperti sendiri. Aku ini bebas, tapi tidak lepas. Orang bilang aku sebatang kara, tapi aku punya orang tua. Hidupku mengambang dan tak mengerti harus kemana. Seperti terbang kesana dan kemari, tapi aku punya tempat. Mereka bilang aku tak punya hati, tapi aku punya hati. Tinggalku dilorong-lorong sunyi. Makananku suara-suara nyaring langsung masuk ke hati. Kata orang kalian punya lambung, dicerna didalamnya, tapi aku dicerna didalam jantung. Jantungku besar detaknya cepat. Hatiku kecil tapi lapang, kata mereka, karena aku sendiri tak pernah melihat hatiku. Tapi, aku dapat merasakannya.

Seperti drakula, aku tak mampu melihat terang. Kegelapan mengikutiku, seperti sayap dibelakangku. Melekat. Pernah suatu kali kuambil pisau dan coba kupotong. Aku bosan punya sayap gelap. Berat. Ingin aku ganti dengan sayap terang, karena pencarianku dengan terbang. Terbang mencari cahaya. Satu lagi, mereka bilang aku tak punya cinta. Apa itu cinta, akupun tak tau. Bagaimana bentuknya?Bulatkah, kotakkah atau sebuah benda pusaka?. Apa dia bisa dimakan?Aku ini selalu lapar, karena sosokku ini hanya mencari cahaya. Aku ini bukan kunang-kunang, bukan makhluk drakula, bukan pula sepertimu. Aku ini makhluk aneh. Jika suatu saat kau bertemu makhluk seperti ini. Maka itulah aku.

Senin, Juni 27, 2005

mimpiku......

26 juni 2005 ; 12 :00

Aku mempunyai impian. Aku memiliki khayalan... Dan betapa inginnya segalanya jadi kenyataan, karena kuinginkan adanya kesempurnaan. Impian kecil ingin segera kuwujudkan.,masih dengan semangat dihatiku. Namun saat kusadar, aku hanya sendiri... betapa takutnya aku. Aku tak mampu melakukannya sendiri, dan aku butuh yang lainnya pun mengerti, karena sungguh aku butuh banyak dukungan. Mereka bilang " Impian kecilmu itu bagus, laksanakan". Ya, sebenarnya aku ingin segera melaksanakannya. Berlomba dengan waktu, aku tak ingin kehilangan waktu. Tapi bukan kata yang kubutuhkan, tapi gerak. Akupun tak mampu bergerak. Memandang hal lain, membuat nyaliku sedikit ciut. Tapi aku ingin... Aku sangat ingin, wujudkan impian itu. Waktu, detikpun tak pernah berhenti, tak mau istirahat sekedar menungguku. Sungguh, aku semakin takut. Ketakutan terlewatinya hari itu, dan kehilangan waktu yang ditentukan. Dan merekapun sepertinya tak peduli. AKu terdiam, itulah salahku. Seharusnya aku mampu mengatakannya. Mengatakan kepada mereka, dan memintanya, kepada semua...karena akupun tak tau hasilnya.

Kemarin, entah kini yang kulakukan untuk membanggakan hatiku, ruhku dalam jiwaku adalah memimpikannya dengan segala kesempurnaanya tanpa cela. Hebat bukan?. Dengan segala kebanggaan, senyum dan penghargaan, sanjungan yang kudapatkan, yang nyatanya hanya dibawah alam sadarku. Membuka mataku dengan segala cahaya nyata kulihat. Nyata kulihat diriku yang seutuhnya tanpa ada perubahan. Miris, dan aku tak mapu menangis.. Kenyataan aku benar-benar butuh kalian semua. Aku butuh...kalian mengerti segalanya. Memahami dalam kesibukan kehidupan kalian, tanpa harus kuungkapkan dengan seluruh lisanku. Pribadiku tak mampu seperti kalian. Namun, semangatku mampu kuluapkan, karena itulah aku.

Impian besarku mungkin kelak kuinginkan nyata. Hanya menanti dengan RidhoNya. Tak hanya mengikuti arus, tapi akupun akan mencari, dengan keberanianku dan kemandirianku. Perubahan yang kuinginkan, pribadi dan hidupku....karena aku adalah raja dari segala ruh dan jiwaku. Tubuh, jasad dan pikiranku...

Jumat, Juni 17, 2005

AKU BERTERIAK, MEREKA TULI

Tapak-tapak sepatu menghiasi dinding-dinding kampusku,telah berhari-hari saya berada disini. Telah hampir satu tahun. Toh, tak ada yang pernah peduli. Atau mungkin kami telah mati rasa? Kesudut atas kanan-kiri laba-laba bebas tanpa gangguan merangkai benang-benang sarangnya. Lantai-lantai marmer menelusuri lorong-lorong kelas, tangga, dan pelataran kantin, kupertanyakan pernahkah tersentuh kain basah ? Rumput-rumputyang menjulang tinggi, tak beda layaknya rumah tua tak berpenghuni, nyatanya tiap pagi hingga petang suara rih terdengar bagai hantu kampus, langkah- langkah kaki berlarian menelusurinya diantara lorong-lorong yang mungkin jika di pertanyakan ia akan berteriak . Saksi mata sejarah puluhan tahun sejak ia berdiri diantara petinggi-petinggi swiss. Beton-beton terbaik kebanggan kita dengan jaringan-jaringan listrik bawah tanahnya. Hebat! Siapa yang sangka. Dapatkah semua orang mengetahuinya, siapa yang akan mengira !? Berharap khalayak mengetahuinya dengan pandangan nyata kaca-kaca, ventilasi ruangan tak lagi terpandang jelas, titik-titik coklat setinggi hampir setengah senti debu berdirir tak tersenuh.

Bau anyir dan tak sedap tercium saat melewati lorong kecil diantara pelataran para pekerja extra yang katanya aktifis. Prihatinnya, begitu miris akankah mempertanyakan kesucian atau hati nurani yang berusaha mati. Sadar di tengah kepura-puraan dengan membohongi diri sendiri. Bukannya kami tak peduli, tapi tak mengerti . Apakah mereka yang tuli?. Suara-suara lantang telah dikoarkan dengan hati yang terus berteriak. Semangat idealis yang masih hangat dibalasnya dengan janji yang terus menguap. Umbaran kata yang membuatku mual, muak.

Ratapan rongsokan yang tersingkirkan, bertumpuk. Besi-besi tua yang merintih terus meberus di gunakan dengan kabel-kabelnya yang telah usang . Dengan hentakan dab pukulan, barulah dapat di gunakan . Maka, gambar-gambar gelombang dan nyala lampu, aliran listriknya dapat berjalan. Panggilan alam tak terlaksana, entah akan menjadi penyakit atau tidak karena sulitnya mencari tempat yang seharusbya menjadi tempatnya. Masih dengan ketuliannya, berpura-pyra tak tau atau memang tak mau tau . Aku berteriak, namun mereka tetap tuli.