Sabtu, April 23, 2005

Menanti Fajar….


Jam ditanganku menunjukkan pukul dua belas lewat empat puluh menit, melewati tengah malam. Sepi dan sunyi. Disebelah kiriku, kawanku tertidur, ia terlihat lelah. Lagipula seluruh penghuni kost ini pun kurasa telah sedang bermimpi indah. Udara dingin menyelimuti diriku. Bukan karena angin malam yang menerpaku, tapi putaran kipas angin di sebelah kananku. Ini bukan karena kepanasan , tapi untuk mengusir nyamuk.. Ini keduakalinya aku menginap di tempat kawanku. Menemaninya , sementara teman sekamarnya tidak ada. Besok pagi ada dua acara yang harus aku lakukan. Benar apa yang dikatakan kawanku . Hidup ini di hadapkan dengan beberapa pilihan. Dan saat ini rasanya aku bagaikan terjebak dalam pilihan –pilihan itu. Dan nyatanya aku tak ingin memilih, karena aku tak mampu memilihnya . Ehmmm..mungkin bukan tak mampu , tapi tak sanggup jika harus meninggalkan salah satu. Saat ini mungkin aku dihadapkan dalam tiga pilihan atau mungkin empat..entahlah… kadang pilihan itu semakin bertambah saja tiap harinya.Ketika aku terus berusaha untuk meminimalkan pilihan itu, yang kudapatkan justru sebaliknya, pilihan itu semakin bertambah. Namun kuakui, ada dua pilihan yang lebih melekat dihatiku. Dan bagiku itu bukan pilihan. Kuusahakan untuk memegang keduanya. Memang sedikit egois . .. kurasa jika keduanya mampu berjalan bersama, kenapa tidak?
Beberapa jam lagi mentari akan muncul ..Memulai hari-hariku kembali dan bergerak berjalan untuk keduanya. Sempat aku memikirkan kata-kata seorang mantan ketua organisasi yang kuikuti, “menganak tirikan salah satu diantaranya”.. seketika aku tersentak.. Betapa tidak …aku sama sekali tidak menyangka pernyataan itu akan menuju kepadaku. … Sejenak kemudian aku memikirkanya lama…. Kutanyakan pada diriku..Benarkah ?

Aku lelah , ingin rasanya melepas semuanya. Namun ini adalah tanggung jawab yang harus segera di penuhi. Kadang kumerasakan kejenuhan itu, aku ingin tenang dan merasakan kebebasan tanpa ada beban berfikir , otakku terasa berat. .. Berjuta-juta ton beban melekat dalam otakku. Dan betapa ringannya saat aku berusaha sedikit tenang….. Kukatakan aku tak sanggup . Inilah aku dengan segala keegoisanku terus mempertahan segala mauku. Sifat kepimpinan yang terlalu berlebih selalu ingin menguasai apa yang kuara mampu tanpa melihat kondisi yang terjadi padaku.. Rasa kebanggaanku terus saja ada..Mengatakan pada dunia bahwa inilah aku.

Keterpurukanku selama ini membuatku terus berusaha balas dendam dengan apa yang terjadi sebelumnya..Membuktikan bahwa aku bisa seperti itu.. dan bangganya merasakan semua itu. Dapat menduduki posisi yang dulu membuatku terdiam. Dan nyatanya aku tak hanya diam, karena memang beginilah aku. Inilah diriku yang sebenarnya. Dan tak semudah itu aku tergoyahkan..Betapa tidak seorangpun takkan tau betapa besar dan berapa banyak beban-beban dan batu-baru besar itu menimpaku? Itu terlalu membuatku terlalu kuat..hingga terkadang menjadi keras.


Malam semakin larut dan kurasa otakkupun telah terlalu penat ..tubuhku seperti akan kehilangan penyangga ..waktunya merebahkan diri sedikit melepas beban..melupakannya sementara..hingga fajar menjemputku kembali..(220405)