Sore itu. Kami berjalan berdua melepas lelah di pinggir pantai melepaskan segala penat yang berhari-hari lalu menggantung di pundak kami. Menenangkan hati yang tak henti untuk berdebar. Saat ketakutan tak juga pergi. Ya...kami menghabiskan hari itu berdua, dengannya. Dan kami memang biasa pergi berdua. Dan sore itu, entah mengapa, kami ingin memandang langit luas, menyaksikan matahari terbenam dan merasakan segarnya hawa asinnya laut.
Sambil berjalan menyusuri pantai kami bercerita masalah kami masing-masing, saling menenangkan, saling menimpali, kadang bercanda, tertawa. Hanya berdua, tak peduli dengan sekitar. Sesekali kami berhenti sejenak saat menemukan view yang indah untuk memandang alam atau saat angin bertiup semilir dipundak kami, mengibarkan ujung-ujung jilbab kami. Kami terpejam, bergenggaman tangan dan merasakan belaiannya, belaian alam dalam sejuknya tiupannya. Menghirupnya dalam-dalam dan menghembuskan kembali perlahan bersama keluarnya penat-penat kami.
Tapi kini, ia telah ada yang memiliki, telah ada yang mengikatkannya,ia telah memiliki sahabat lain, sahabat melebihi sahabat , ia telah bersama sahabat sejatinya,teman seumur hidupnya, yang kewajibannya bertanggung jawab padanya. Dan waktu kami tak bisa seperti dulu lagi. Ah, tiba-tiba kumerasa cemburu, aku merasa di tinggal sendiri dan akupun tak mungkin berada diantara mereka. dan, kenapa pula aku cemburu?.
Satu persatu sahabat itu pergi. pergi menuju kepada sebenar-benarnya sahabat sejati mereka. Dan akupun tak bisa mencegahnya. Tapi aku merasa sedih, karena waktuku tak lagi banyak bersama mereka. tak bisa lagi seenaknya.
Teringat pula saat bersama dengan sahabat yang lain,
si El. Malam itu, saat hujan malu-malu untuk turun, rintik rintik namun tak deras. Aku dan dia duduk berdua dibawah tenda. suatu kenangan yang tak kan terlupakan, suatu kenangan yang hangat dalam ingatanku , yang masih terasa hangat dihatiku. Karena syahdunya, karena indahnya malam itu bersamanya, hanya berdua. sambil makan jagung bakar, kami memandangi hujan yang mulai satu-satu turun, lalu lalang manusia dan kendaraan. Pun sama, saat kami hanya ingin melepas lelah saat berhari-hari penat dan jenuh akan tugas kuliah, dan rutinitas kampus, bertahun-tahun lalu. kejadian yang benar-benar indah. kami bercerita, saling mengeluh, kadang saling memuji, menorehkan cita-cita, membayangkan bagaimana kami kelak. Dan rasanya aku ingin selalu bersamanya. Sampai aku tak pernah lupa kata-kata yang pernah
El torehkan pada lembar kartu Miladku
" aku ingin menjadi pohon pelindungmu mun...saat kau panas berlindunglah dibawah dedaunku". ingatkah kau
El..?. Kata itu begitu lekat dihatiku. Dan kukatakan padanya " kalau begitu biarkan aku menjadi hujan, yang mengguyurmu disaat kekeringan ..". Dan itulah kekuatan sahabat..
Sahabat.. dan ia pun pergi, pergi kepada sang sahabat sejatinya, ia pergi lebih dulu sebelum aku dan sahabatku
Iin. dan saat aku berdua hanya bersama Iin, kini
Iin pun pergi. ya...mereka akhirnya pergi satu persatu. Dan tinggallah aku disini sendiri. dan tak lagi bisa seenaknya mengajak mereka lagi.
"
In..minggu ini ke istiqlal yuk..materinya kayaknya seru" atau
"
El..besok ku ke bandung ya..ntar nginep di kostmu" atau
"
In..ku mau curhat.. ke taman di tempat biasa ya.." atau
"
El..ke merapi yuk..lama ga naek nih..kangen alam.."
dan
"
duh Mun..minggu ini mau nemenin Aa' ke depok, liqoatnya masih disana"
dan
"
yaaaaa Mun, besok mas Ry pulang.."
atau
"
Hmm Mun..afwan. lagi dirumah mertua nih "
dan
"
Muuuuun..maaf, ternyata saya dah isi dua bulan.."
AAAAAAAaaaaaarrrggkkkhh.......
Entahlah, apa yang harus kukatakan, antara bahagia, senang, mendengarkan mereka telah memiliki kebahagiaan masing-masing. tapi dilain sisi, akupun rindu , rindu bersama mereka.
(-_-)